30 September

Pagi ini saya masih di kantor, belum pulang dan belum tidur sejak semalam.
Jam 3 subuh koran selesai cetak, tugas saya sejak tadi beres, dan tinggal menunggu loper berdatangan.
Ini hari terakhir bulan puasa, tak sabar rasanya saya ingin menikmati sahur terakhir di rumah.

Tiga buah mobil masuk kemudian ke pekarangan kantor secara tiba-tiba, dua puluhan penumpangnya melompat dan bergerak berpencar. Hanya dalam kedipan mata, kantor saya sudah dikepung pada semua sudut. Satpam pun kelabakan.

Memang ada satu berita headline koran yang rencana terbit hari ini menyudutkan seorang anak Bupati. Anak Bupati yang seolah lebih berkuasa dari bapaknya.
Mereka, yang rupanya preman-preman suruhan petinggi terhormat itu, memaksa kami tak menjual korannya hari ini.
“Kami bayar berapa pun, asal judulnya diganti!” bentaknya.

Ciut juga nyali saya. Saya tak malu mengatakan takut, karena saya pikir ini manusiawi dalam keadaan seperti ini. Demi melihat banyak orang dengan gelagat yang tak lazim itu, saya putuskan kembali masuk ruang redaksi. Sigap saya hubungi satu-persatu teman redaksi pekerja malam. Tapi rata-rata henpon tak aktif. Wajar karena ini memang jam istirahat.

Alhamdulillah, henpon saya tiba-tiba berbunyi, ada instruksi dari Redaktur pelaksana.
“Jangan panik, Ham! kamu tetap di situ, saya segera datang!” ujarnya. Lega perasaan saya.
“Kamu siap Layout ya, kita ganti headline hari ini!”
“Oke, Pak!”

Rupanya sebagian dari para preman itu sudah menyatroni rumah Pak Hans, Reaktur Pelaksana saya.
Pak Hans dijemput paksa. Dia tak bisa berkutik.
Kami bekerja kemudian dibawah tekanan. Semua dengan wajah dingin dan suasana mencekam.
Entah bagaimana kabar berita ini besok, saya hanya menunggu.

Pagi yang benar-benar melelahkan. Lelah fisik dan lelah hati.
Tak sengaja saya melirik kalender. Tanggal 30 september hari ini, tanggal di mana para jenderal Orde Lama dibungkam kebenarannya.
Hmm, entah ini cuma kebetulan atau semesta mendukung.

32 thoughts on “30 September

  1. Waduuuhhh…
    ga kebayang kalo itu terjadi di kantornya saya,….
    tetep survive ja ya kang…
    pesen buat korannya….
    “yang penting jangan memutar balikkan fakta”

  2. bang arham….
    kasih masukan duong ituh gambar saya, ato mau di perhalusin. mau bikin kaos nih design ne kaya itu, liat di blog sayah yah bank.
    khan abang arham jago nguprek2 gambar 😀

    salam, eh iyah kelupaan.
    minal aidzin walfaidzin.

  3. Wah mirip G30SPP ya^_^

    Kalo misalnya mestakung, dirimu jadi jendral siapa bang yang mirip peristiwa ntu? Jgn jadi Adek Irma Suryani ya, ntar malah tambah sedih bacanya.

    Tapi asli, cuma sedikit orang yang ngalamin hal2 fantastis kayak begono, Bang. And one of them is you.

  4. halo blogger angingmamiri….!
    Aku dengan tulus meminta kamu untuk mendukung blog aku di ajang anging mamiri award
    caranya gampang banget :
    klik vote Faiz

    jangan lupa yah teman…..
    blog is for my life
    “085255238825”

  5. salam kenal,

    sebuah perjuangan membutuhkan keberanian, dan keberanian hanya muncul dari ujian-ujian bagi yang layak menerimanya. salut bung, sukses selalu.

    Eki,
    pernah 6 tahun tinggal di Raha, 6 tahun di Kolaka, sering ke Kendari, sekarang tinggal di Jogja, dan masih sering ke Kendari

Tinggalkan Balasan ke just4chel Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.