Perang Baliho di Kendari

(Tulisan ini dimuat di www.panyingkul.com, majalah online Jurnalisme Orang Biasa)



Baliho tak terbantahkan lagi sebagai sarana promosi paling efektif dan paling laris saat ini.
Tak perlu menyewa ruangan besar atau memajang di etalase eksklusif. Cukup dengan desain kreatif, susunan kalimat yang menarik perhatian dan mudah dicerna, serta cetakan beresolusi tinggi, lalu kemudian ditebar di lokasi-lokasi strategis.
Tinggal pilih, mau yang bayar pajak, atau ilegal.

Dan karena populernya sarana promosi ini, kota Kendari juga tidak luput dari demam baliho menyambut pemilihan gubernur Sultra tahun ini.

Di Kendari saat ini sedang hangat sosialisasi visi misi para bakal calon gubernur. Meski belum sampai pada tahap pencalonan resmi, tapi dari berita media massa dan juga kekuatan tebar pesona di sudut-sudut kota melalui baliho, terhitung tak kurang dari lima kandidat kuat yang akan bertarung dengan dukungan partai-partai besar.
Jumlah ini bisa bertambah, sebab belum termasuk calon yang masih malu-malu dan berharap melobi partai gurem, ditambah calon yang sekadar iseng, yang mungkin cari nama untuk target jangka panjang.

Sebagai pengguna jalan dan warga biasa, saya pun mau tidak mau menjadi akrab dengan banyak wajah dan jargon di baliho.
Apakah saya menikmati parade baliho di Kendari? Sebagai warga, saya tentu bisa menikmatinya dengan cara sendiri.

Bagaimana kalau Anda ikuti petualangan saya menikmati parade baliho ini?

Pertama saya ajak Anda menengok baliho ini,

Bapak di baliho itu adalah Ali Mazi, gubernur sekarang hingga berakhir masa jabatan tahun depan, dan akan maju lagi bertarung dalam pemilihan nanti lewat pintu Partai Golkar. Istilah kerennya calon incumbent.
Berapa bulan yang lalu sempat dinonaktifkan terkait kasus lama saat ia masih jadi pengacara Hotel Hilton di Jakarta.

Waktu itu posisinya sebagai gubernur otomatis digantikan sementara wakilnya sebagai pelaksana tugas.
Setelah diputuskan bebas oleh Mahkamah Agung dan kembali bertugas, pendukungnya tetap setia. Toh yang penting dia punya visi misi.

“Dengan Bukti, Bukan Janji”, begitu pesan yang diusungnya.

Ali Mazi dan timnya pasti bangga dengan slogan itu. Tapi bagi saya saya yang awam ini, sebenarnya tak ada yang istimewa.
Alasan saya, bukankah pemimpin memang sewajarnya membuktikan janji?
Jadi, apanya yang istimewa?

Istimewa atau tidak, bagaimana pula dengan slogan pada baliho dibawah ini? 

Jujur saja, saat membaca slogan dari bapak yang sekarang adalah Wakil Ketua DPD RI ini, yang pertama kali terlintas di benak saya adalah sebuah adegan sinetron dimana seorang pria baru saja berbuat kesalahan sehingga tiba-tiba kekasihnya memutuskan hubungan, dan si pria merajuk ingin memperbaiki keadaan sambil bermohon, “Berilah saya kesempatan, sayang..”

Atau bisa juga adegan seorang pemilik rumah yang kedatangan debt collector yang berakting akan menyita rumah serta barang-barang berharga miliknya karena belum dapat menyelesaikan urusan hutang piutang dan berkata, “Berilah saya kesempatan, Pak..”

Soal adegan sinetron dan akting itu sebenarnya tak main-main. Ada hubungan erat.
Calon-calon gubernur ini dituntut berakting dengan baik.
Jika tak sanggup di dunia nyata, setidaknya untuk sesi pengambilan gambar baliho saja.

Coba lihat calon gubernur Nur Alam dari Partai Amanat Nasional yang lihai berakting di bawah ini dengan mengusung slogan “Pemimpin Sejati Adalah Pelayan Rakyat”

Mengapa pelayan dianalogikan sebatas tukang sapu?
Atau mungkin maksudnya Pembantu Rumah Tangga?
Kalo benar begitu, saya pikir Ceriyati dan Parsiti, dua TKW yang didera siksa, mungkin tak akan jadi melompat dari jendela apartemen majikan di Malaysia saking terharunya pada baliho tersebut yang sangat mengangkat derajat kaum mereka.

Dan tampaknya calon gubernur yang satu ini tidak puas dengan satu gaya. Di baliho lainnya ia tampil beda. Kali ini dengan kacamata hitam dan dasi, yang mencitrakan profesional muda. Slogan yang dipilih mirip iklan minuman.

Hm, bagaiamana? Kurang puas?
Siapa tahu ada rakyat pemilih yang kurang sreg dengan kaca mata hitam, bagaimana kali ini dengan gaya kacamata hitam dibuka seperti di bawah ini?

Dan betul-betul luar biasa bakat akting calon yang satu ini. Untuk menggaet pemilih perempuan dibuatlah baliho seperti di bawah ini.

Yang pasti, kalau saja saya yang ditunjuk menjadi tim suksesnya, “Posko Relawan Perempuan” yang disuarakan pada baliho di atas ini mungkin akan saya ganti dengan “Posko Relawan Flamboyan”, sesuai dengan gaya modelnya.

Baiklah pembaca kita tinggalkan si calon gubernur yang tampaknya punya bakat entertainer.
Sekarang mari kita beralih menyimak baliho selanjutnya.

Bapak ini bernama Yusran Silondae, jabatannya wakil gubernur Sultra. Sempat menjadi pelaksana tugas gubernur sementara saat gubernur aslinya non aktif mengikuti pemeriksaan dan persidangan di Jakarta.

Rencananya Yusran Silondae juga akan maju bertarung, jadi calon yang diusung Partai Persatuan Pembangunan.
Baliho di atas dibuat saat ia menjabat Pelaksana tugas gubernur, yang disingkat PLT.
Tak tanggung-tanggung saat itu dicetak hampir seratusan baliho yang kemudian menyebar mulai di sepanjang jalan-jalan utama seperti Jalan Kendari Beach, Jalan Laode Hadi, hingga masuk ke jalan-jalan pelosok desa terpencil.

Tapi kemudian, saat Gubernur Ali Mazi kembali ke Kendari dan “menyelesaikan” urusan kasus Hotel Hilton di Jakarta, Yusran Silondae pun kembali ke posisi awal sebagai wakil gubernur.

Tapi tim suksesnya tak mau ambil pusing. Tentu tak sedikit biaya yang harus di keluarkan jika saja harus mengganti baliho lagi. Maka coba perhatikan, tulisan “wakil” atau disingkat WKL pada baliho di atas, dibuat manual ala kadarnya dengan cat, sekadar untuk menutupi tulisan PLT.
Hemat biaya kan?

Tapi jangan mengira tim kreatif Yusran Silondae kekurangan tenaga desain, karena yang saya lihat, masih banyak baliho lain miliknya yang tersebar dengan tampilan berbeda. Untuk kasus baliho di atas, mungkin tertumbuk di persoalan anggaran saja dan tidak ingin mubazir.

Nah, pembaca budiman dari baliho yang tidak ingin dibuang mubazir seperti pada kasus di atas kita lihat kasus yang berbanding terbalik.
Di bawah ini adalah baliho Rektor Universitas Haluoleo, Prof. Mahmud Hamudu yang juga pasang ancang-ancang mengincar kursi gubernur.
Baliho sang rektor berada di perempatan Jalan Ahmad Yani dan jalan Budi Utomo.

Asumsi saya, dari segi anggaran, sang rektor tentu tak kekurangan. Buktinya, baliho sejenis ini menjamur di mana-mana.
Tapi yang membuat saya tak habis pikir, kenapa desain baliho Prof. Mahmud hanya satu?
Tim kreatifnya benar-benar tak kreatif. Bagaimana mau dibilang kreatif bila baliho itu ternyata hanya menjiplak sampul buku bigorafi sang rektor di bawah ini.

Jadi begitulah pembaca yang budiman, kota Kendari tengah diserbu baliho.
Sekarang ini musim tebar pesona para calon gubernur. Baliho memang penting bagi mereka sebagai sarana menyampaikan visi dan misi.
Berbagai cara ditempuh agar pesan sang calon pemimpin bisa sampai ke masyarakat. Bahkan dengan jalan memasang baliho di tengah laut seperti yang dilakukan calon gubernur Masyhur Masie Abunawas di bawah ini.

Dengan segala daya upaya, saya berusaha membaca pesan baliho itu dari bibir teluk. Sayang tidak terbaca.
Hm, kira-kira apa gerangan alasan memasang baliho di perairan dangkal yang notabene bukan tempat lalu lalang transportasi laut? Ditujukan untuk siapa pesan dan janji di baliho itu?
Semoga saja bukan untuk makhluk-makhluk laut.

Dan menutup wisata baliho di kota Kendari kali ini, saya tampilkan satu contoh dari beberapa calon yang masih malu-malu. Taruhlah misalnya Gaffar Patappe, mantan Bupati Pangkep Sulsel ini juga menebar stiker di beberapa tempat tertentu.
Ia belum memasang baliho seperti calon lainnya.

Saya beruntung menemukan stikernya di dinding salah satu warung Coto Makassar.
Meski saya tidak bisa menraktir pembaca sekalian untuk makan coto, tapi setidaknya stiker ini bisalah kita nikmati bersama.

Coba perhatikan kalimat di stiker tersebut:
“Kelahiran Kendari, Dibesarkan dan Keluarga Besar Kendari-Kolaka”

Bisa dicerna maksudnya?
Mengertikah Anda pada pesan di balik kata-kata ini?

Saya tak yakin anda mengerti, sebagaimana saya yang bingung

Nah, pembaca yang budiman sekian dulu jalan-jalan kita menikmati parade baliho di kota Kendari.
Ingat, baliho dan janji bisa disebar di mana-mana, tapi keputusan memilih pemimpin jangan sampai hanya bermodal informasi baliho. Telusuri dan kritisi visi dan misi para calon, baru memutuskan pilihan! (p<i.!</i.!)

22 thoughts on “Perang Baliho di Kendari

  1. duh lucu bangettt seh !!; heheheeh… pelawak aja kalah liat mereka action.

    Aku nilai yang paling lucu bin aneh ya :

    Pertama,
    Gaya Pak Nur alam…halah..halah “TUKUL Banget ” tinggal monyongin bibir Persis

    Kedua,
    Untuk baliho Prof. Mahmud Hamudu : Waduh aku kira pose-nya diambil dari penjara.
    Soalnya tiang listrik yang mantul di baliho terkesan seperti pintu penjara. hehehe..
    Soal foto yang sama kyk buku. nurut aku mungkin itu sudut terbaik. Nggak tau
    kalau dari samping jangan-jangan kayak “wawan-nya” Project Pop hehehe
    Ketiga,
    Foto di tengah laut. Berharap dicolos ikan cucut kale yaaa…..

  2. daeng…..
    kutau’mi artinya itu gambar terakhir…
    pertama sih bingung juga…
    yang saya tangkap ky’ gini…
    Dia bede’ lahir di kendari, dibesarkan di kendari-kolaka, dan banyak keluarganya disana..

    edede… ngapamie…
    😀 😀

  3. owh..lagi musim pilkada ya? sama dons, di ponti juga’..
    emang iya baliho lagi terpampang dimana2, jauuuh sebelum waktunya pendaftaran balon gub / wagub, hah, kampanyenya ajah nyuri start, potret prilaku mreka tar kalo bneran kepilih, gimanaaa nasib bangsa qta ya???

  4. hahahaha.. yg paling ganteng ya yang pake kacamata hitam.. pasti disegani para ibu2… kyk SBY dulu
    yang paling ‘boring’ pasti ketahuan
    yang tidak kreatif.. keliatan
    yang mau pamer2 gedung… pamer kekayaan?
    ada yang mirip pose ala Nathan Pitreli (Heroes).. sambil meminta diberi kesempatan

    lucu jg kota Kendari :p

  5. yaah..keduluan #pipiew 😀

    iya nih di daerah ku juga bakal gelaran Pesta Demokrasi yang semoga aja nggak jadi demoCRAZY…walo hari H nya masih ntar November, tapi bahilo eh baliho, poster ama striker udah nempel dimana-mana sejak januari malah….ampe nyempil2 di sudut2 jalan n jembatan….katanya sih bukan curi start (:D) tapi pengenalan calon ama slogan n janji2 surga

    hehehehehe………..

  6. kayaknya yang bener bukan bali-ho….
    kalo disana namanya mesti Kendari-ho, kal bali-ho cuma buat di bali aja…

    hehehehe…iseng men!!!!

  7. Seharusnya panwas lebih tegas. Aturannya kan setelah ada jadwal kampanye danri kpud….
    Itulah orang-orang pecundang, takut kalah… tidak bisa figh….. bagai mana maupimpin masyarakat, awalannya udah mencuri…

  8. “Kelahiran Kendari, Dibesarkan dan Keluarga Besar Kendari-Kolaka”

    sebenarnya itu dua kalimat:
    “Kelahiran Kendari, dibesarkan dan”
    lalu
    “Keluarga Besar Kendari-Kolaka”

    Kalimat pertama mungkin salah copas, atau mungkin gaya bahasa di daeraha sana memang begitu (maksa.. hehe)
    Maksudnya sih “lahir dan dibesarkan di Kendari”

    Sedangkan kalimat kedua adalah nama tim suksesnya.

    makasih
    :masih kagum sama iklan buku segede baliho:

  9. Para calon/kandidat di atas sepertinya sudah kehabisan ide untuk mempromosikan diri mereka. Justru kesan yang timbul dari papan-papan iklan itu hanyalah kekonyolan yang mencerminkan pribadi calon tersebut.

Tinggalkan Balasan ke acank Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.